MELIBATKAN WARGA DALAM GERAKAN LITERASI

04 Desember 2017 13:11:32 WIB

KOMPAS (4/12) - Rangga asyik membaca buku tentang laut. Buku berlatar belakang biru dengan ukuran folio itu sudah agak lusuh. Pertanda favorit, sering menjadi bacaan anak-anak pelajar sekitar Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Desa itu berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, berjarak 30 kilometer tenggara Kota Yogyakarta. ”Setiap hari saya pasti ke perpustakaan. Banyak buku yang menarik, tetapi kini hampir semuanya sudah saya baca,” kata siswa kelas IV SD itu ketika ditemui di Perpustakaan Sendang Kamulyan, Dlingo. Kepala perpustakaan yang juga anggota staf pemerintahan desa, Fitandari, mengatakan, jumlah koleksi perpustakaan 1.630 buku. Masih kurang banyak, banyak anak sudah membaca buku yang sama lebih dari sekali. ”Kadang saya akali dengan memindah-mindah rak penyimpanan supaya kelihatan bukunya berganti, tetapi lama-kelamaan ketahuan,” ujar Fita. Selain buku, di ruang seluas 36 meter persegi itu terdapat juga tiga komputer desktop. Dua komputer digunakan untuk pengunjung perpustakaan, satu lagi untuk administrasi. Empat anak mengerubungi dua layar monitor yang menampilkan film animasi melalui sambungan internet tanpa putus-putus. Anak-anak boleh bermain dengan komputer. Syaratnya, sebelumnya mereka harus membaca buku paling tidak 30 menit.

Terus buka

Minat baca anak-anak Dlingo, sebuah desa yang terletak di perbukitan dengan ketinggian 320 meter di atas permukaan laut, memang cukup tinggi. Banyak orangtua dari siswa peminjam buku di sekitar desa tersebut sebenarnya menghendaki agar perpustakaan juga buka pada hari Sabtu dan Minggu. ”Namun, karena tenaga yang terbatas, kami masih belum bisa buka pada hari itu,” tambah Fita, sarjana psikologi sebuah universitas swasta di Yogyakarta. Minat baca anak-anak Dlingo yang meningkat merupakan salah satu contoh gerakan literasi di Bantul yang semakin memperoleh bentuk. Wakil Bupati Bantul Muslih mengakui, sampai sekarang Bantul belum mempunyai data akurat mengenai indeks literasi. ”Akan tetapi, saya kira, data secara nasional bisa dipakai sebagai acuan awal, indeks literasi Indonesia baru 0,001. Artinya, dalam seribu orang, hanya satu yang memiliki minat baca,” katanya. Saat mendampingi Kepala Pusat Promosi Inovasi dan Pengembangan Kapasitas Lembaga Administrasi Negara Marpaung meninjau inovasi yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bantul, pertengahan November, Abdul Halim mengatakan, perlu membentuk duta literasi dari kalangan keagamaan seperti kiai dan kalangan pemuda. Gerakan literasi Bantul sebenarnya baru diluncurkan bulan Juni 2017. Ada arah yang sama antara gagasan pejabat dan semangat yang menggebu di masyarakat Bantul untuk memajukan diri melalui budaya membaca. Hal itu kemudian disatukan dalam gerakan literasi yang diluncurkan di Pendopo Parasamya Bantul. ”Bangsa kita masih mengandalkan apa yang dilihat, didengar, berpikir, dan bertindak belum terbiasa melakukan sesuatu berdasarkan dari pemahaman dengan membaca. Kita belum dapat mengaktualisasikan diri melalui tulisan. Membaca dan menulis belum mengakar kuat dalam budaya masyarakat kita,” kata Bupati Bantul Suharsono ketika memberikan sambutan dalam acara peluncuran gerakan literasi. Semangat kebangkitan literasi Bantul juga terlihat dari partisipasi sejumlah sekolah dengan menggelar karyanya. SD Muhammadiyah Serut, Palbapang, Bantul, memamerkan buku kumpulan cerpen anak-anak. Buku berjudul Melukis Langit Impian itu berisi karya cerpen 18 anak-anak SD dengan tebal 112 halaman dan dijual Rp 30.000. Kabupaten Bantul juga mempunyai enam mobil perpustakaan sepulang sekolah mengunjungi perpustakaan Sendang Kamulyan di Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. keliling yang melayani 17 kecamatan. Dalam lomba perpustakaan tingkat sekolah, Bantul meraih posisi pertama mengalahkan kota dan kabupaten lain di DIY. Tahun depan, Bantul akan menambah satu mobil perpustakaan keliling yang sudah dilengkapi internet.

Opera Malam Bali

Berbeda dengan di Dlingo, perpustakaan di Kantor Perpustakan dan Kearsipan Bantul tetap buka pada hari Minggu. ”Dulu pernah perpustakaan tutup pada hari Minggu, masyarakat protes. Ada yang menulis surat pembaca di media massa, jadi kami akhirnya tetap buka di hari Minggu. Semua yang mengerjakan pegawai negeri, bukan outsourcing (alih daya),” kata Kepala Dinas Pepustakaan dan Kearsipan Bantul Agus Sulistiyana. Agus sadar betul bahwa keberhasilan gerakan literasi harus melibatkan masyarakat. Karena itu, secara konsepsional, pihaknya meluncurkan dua inovasi. Pertama, gerakan tertib arsip Bantul harmoni dan akuntabel (Getar Bahana). Kedua, yang berhubungan dengan literasi, yaitu Opera Malam Bali yang merupakan singkatan dari optimalisasi peran masyarakat dalam mewujudkan Bantul literasi. Sepele saja inovasi yang akan dilakukan, yaitu bagaimana semua pihak bisa mengoptimalkan peran masyarakat Bantul mewujudkan budaya baca masyarakat Bantul. ”Kami lakukan dengan cara menggandeng, berdiskusi, sehingga ada komitmen bersama antar-stakeholker, dinas, lembaga, komunitas pembaca. Kami sudah membentuk Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (Atpusi) yang sekarang baru ada di tingkat kabupaten,” ungkap Agus. Kendati sekadar menumpang, kini sudah ada pojok baca di Dusun Jasem, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan. Awal mula rumah tersebut dipakai untuk penerangan keluarga berencana (KB) dan kegiatan pendidikan anak usia dini. Rumah itu kini juga terkenal sebagai rumah data kependudukan karena mempunyai sistem kearsipan untuk semua warga dusun. ”Kegiatan rutin kami adalah keluarga berencana, ibu dan anak-anak berkumpul. Pada bulan lalu didirikan pojok baca untuk menarik minat baca ibu-ibu di dusun kami,” kata Ny Suprapto, pengasuh pojok baca Dusun Jasem. Agus berencana, setiap dusun di Bantul nantinya akan mempunyai pojok baca agar literasi masyarakat desa meningkat. Satu hal yang membuat ia optimistis, sudah muncul instruksi bupati yang mengamanatkan kepada desa agar mengalokasikan 5 persen anggaran pendapatan dan belanja desa untuk kepentingan perpustakaan. Desa Dlingo, beberapa tahun terakhir ini sudah mengalokasikan sebagian anggarannya untuk perpustakaan. Terbukti hal tersebut meningkatkan minat baca anak-anak di Dlingo. (BAMBANG SIGAP SUMANTRI)

Komentar atas MELIBATKAN WARGA DALAM GERAKAN LITERASI

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Aplikasi Rubah Data KK Online

Aplikasi Cetak KTP Online

Kalender

Pengumuman

Semua jenis pelayanan di Kalurahan Dlingo Gratis tanpa dipungut biaya

Mbangun Desa

Sandigita IT Android Apps

Sandigita FM

Loading the player...

Media Sosial

FacebookGoogle PlussYoutube

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung
Kebijakan Privasi

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License