DUSUN DLINGO I MENUJU KAMPUNG BUDAYA
Administrator 06 September 2016 22:36:53 WIB
Dlingo I: Kampung Kesenin Desa Dlingo
Oleh Faqihuddien Abi Utomo(KKN UNY 54ND)
Ada yang mengatakan bahwa daerah Dlingo, adalah Bantul rasa Gunung Kidul. Julukan ini muncul karena kondisi fisik Dlingo, berbeda dengan wilyah Bantul lainnya, tapi lebih mirip dengan Kabupaten Gunung Kidul. Apalagi, secara administrasi, sebelah timur berbatasan langsung dengan Playen, Gunung Kidul. Batuan kapur, letak di atas perbukitan, dan hutan yang tumbuh lebat, menjadi identitas fisik bagi wilayah Dlingo.
Desa Dlingo adalah salah satu dari enam desa yang ada di Kecamatan Dlingo. Di dalam Desa Dlingo,terdapat sepuluh dusun yang mempunyai karakter sendiri-sendiri. Salah satu dusun yang ada Di Desa Dlingo adalah Dusun Dlingo I. Sejak tahun 2003, Dusun Dlingo dipimpin oleh Kepala Dukuh, yaitu Sena.
Letak Dusun Dlingo I mudah ditemui, yaitu berada di selatan Kantor Desa. Untuk mata pencaharian, Masyarakat Dusun Dlingo I banyak yang menjadi petani dan pengrajin kayu. Pertanian di dominasi tumbuhan tembakau, jagung, dan beberapa tanaman musiman seperi kedelai dan kacang. Tembakau banyak dipilih sebagai komoditas karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Menurut Sukadi, yang juga berprofesi sebagai petani, satu kilo daun tembakau basah jika dijual bernilai Rp 3.500 sampai Rp 5.000. Sedangkan satu kilo daun tembakau kering bernilai Rp 50.000 sampai Rp 60.000.
Dusun Dlingo I disipakan oleh Kepala Desa Dlingo sebagai kampung yang fokus bergerak pada bidang kebudayaan. Ini dikarenakan ada banyak kesenian—sebgai sub budaya- di dusun ini. Tidak tanggung-tanggung, ada sepuluh kesenian yang siap mewadahi darah seni Masyarakat. Mulai dari tradisional, kesenian islam, sampai yang dipadukan dengan kesenian kontemporer.
Kesepuluh kesenian tersebut adalah kethoprak, jathilan, karawitan, angklung, gejog lesung, bregodo, ronda tek-tek, hadrah, shalawat, dan waton gumyak. Dalam kelompok ini lah, kehidupan seni Dlingo I berjalan.
Eksistensi kesenian di Dlingo I sudah dimulai sejak tahun 50an. Menurut Sukadi, ketika itu Dlingo I memiliki kelompok seni wayang orang, tari topeng, dan ketoprak. Sayang, wayang orang dan tari topeng tidak bisa bertahan, dikarenakan para pemainnya pergi meninggalkan Dlingo I. Jadilah ketoprak menjadi kesenian yang paling senior di Dusun Dlingo I.
Sukadi sendiri merupakan seniman ketoprak yang sudah lama bermain. Berbagai motivasi yang dijadikan alasan mengapa akhirnya Sukadi senang menjadi seniman ketoprak. Ketika ditemui di rumahnya, Sukadi menceritakan bahwa dia sering sekalai mendengar ketoprak di Radio Republik Indonesia (RRI) atau menyaksikan langsung penampilan ketoprak. Dari menyaksikan itulah, Sukadi mengidolakan pemian dan terbesit keinginan untuk menjadi pemain ketoprak, “Sepertinya asik kalau saya jadi pemain”ujarnya sambil tertawa.
Perjalanan ketoprak memang sempat hidup segan mati tak mau di akhir tahun 80an. Namun, kecintaan masyarakat terhadap ketoprak memang kuat. Melihat kesenian ketoprak yang tertatih-tatih, beberapa pemuda berusaha menghidupkan kembali kesenian ketoprak. Seperti yang dijelaskan Mugio, pada tahun 90an awal, dia dan pemuda lainnya Dlingo I berusaha menghidpukan kembali kesenian ketoprak.
Cinta memang mengalahkan segalanya. Karena cinta juga, kesenian ketoprak bisa tetap bertahan. Mugio menjelaskan bahwa ketoprak adalah kesenian yang dicintai Masyarakat. Selain itu, karena ketoprak membawakan cerita yang bernafaskan sejarah, membuat nilai plus sendiri di mata Masyarakat. Setiap cerita yang diambil, mengambil cerita seputar kerajaan dahulu. Seperti Mataram dan Majapahit. “Karena ada sejarahnya, Masyarakat jadi suka. Sekaligus untuk mengingatkan sejarah”ujar Mugio.
Pada akhir tahun 80an, muncul kelompok Ronda Thek-thek. Sila bermain ke kawasan RT 03 ketika malam hari, dan jangan lupa mampir ke pos rondanya. Disana akan ditemui bapak-bapak yang sedang ronda malam. Menariknya, dalam ronda tersebut tidak ditemani dengan bermain kartu, melainkan bermain musik. Alatnya? Mengguankan kentongan yang digunkan untuk ronda, ditambah bebrapa alat musik lainnya, seperti jimbe, gendang, dan kecrekan.
Sido Maju—nama kelompok ronda thek-thek- sudah sering diundang untuk menghibur berbagai acara. Yang membedakan Sido Maju dengan keompok ronda thek-thek lain, adalah suaran kentongan yang bervariasi, meskipun sama-sama terbuat dari kentongan bambu. Puncaknya, pada tahun 2016, Sido Maju diakui keberadaannya oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, dengan sertifikat nomer 355/Budpar/II/16.
Demikianlah kelompok-keompok seni terus bermunculan. Walau sempat kehilangan wayang orang dan tari topeng, tapi tidak menyurutkan semnagat untuk berkesenian. Mati satu tumbuh seribu, itu kata pepatah.
Jathilan, gejog lesung, angklung, karawitan, dan waton gumyak hadir memperbanyak wadah berkesenian Masyarakat Dlino I. Bahkan, seni yang bernafaskan Islam juga muncul meramaikan, ada hadrah yang didominasi anak muda, dan shalawatan yang didominasi orang tua.
Harus diketahui, bahwa semua kelompok kesenian yang ada, adalah murni inisiatif masyarakat. Rasa suka masyarakat Dlingo I kepada kesenian memang tinggi. Dengan sadar, Masyarakat menghidupkan dan aktif dalam kelompok seni, “Jadi kita memang sangat aktif kalau ada keompok kesenian”ujar Mugio.
Kelompok kesenian tidak hanya menjadi wadah untuk berseni. Bagi Masyarakat Dlingo I kesenian juga sebgai penghibur dikala penat. “Kesenian juga menjadi alat untuk merekatkan Masyarakat”cerita Sukadi.
Dengan berkesian, bisa menjadi alat bagi anak muda bagi untuk berkreasi. Seperti kesenian angklung, pemainnya murni anak muda. “Ya dari pada meakukan hal yang lain-lain, mending bekersenian aja”ujar Santoso tokoh pemuda di RT 04.
Apapun alasannya, banyak sespuh Dlingo I berharap bahwa kesenian di tempat ini tidak akan punah, bahkan terus bertambah. Karena sudah banyak yang merasakan manfaat dengan berkesenian. “Marilah kita pertahankan kesenian yang ada di Dlingo I. Karena hidup matinya dusun, ada dikesenian”ujar Mugio.
Komentar atas DUSUN DLINGO I MENUJU KAMPUNG BUDAYA
Formulir Penulisan Komentar
Aplikasi Rubah Data KK Online
Aplikasi Cetak KTP Online
Kalender
Pengumuman
Mbangun Desa
TAUTAN
Sandigita IT Android Apps
Sandigita FM
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |
Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License